Maqam Ibrahim. (Foto: lifeinsaudiarabia.net)
JAKARTA, medinavoyage.id – Maqam Ibrahim, atau “Station of Abraham,” disebutkan dalam berbagai sumber, merupakan sebuah batu kecil berbentuk persegi yang terkait dengan Nabi Ibrahim (Abraham) dan Ismail (Ishmael) dalam pembangunan Ka’bah di Masjidil Haram, Mekkah. Menurut tradisi Islam, jejak kaki pada batu ini berasal dari kaki Nabi Ibrahim.
Batu ini memiliki panjang dan lebar sekitar 40 cm dan tinggi sekitar 20 cm. Jejak kaki pada batu ini muncul ketika Nabi Ibrahim berdiri di atasnya saat membangun Ka’bah; ketika dindingnya menjadi terlalu tinggi, batu ini secara ajaib naik untuk membiarkan Ibrahim melanjutkan pembangunan dan turun untuk memungkinkan Ismail menyerahkan batu kepadanya.
Maqam Ibrahim disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Surah Al-Baqarah ayat 125 dan Surah Al-‘Imran ayat 972. Batu ini saat ini ditempatkan dalam sebuah penutup logam berwarna emas.
Sementara itu, mengutip NUOnline, dijelaskan juga bahwa Maqam Ibrahim bukanlah kuburan melainkan batu yang dibawa Nabi Ismail dan digunakan untuk berdiri Nabi Ibrahim saat membangun Ka’bah.
Maqam adalah istilah Arab karena yang artinya meliputi: tempat berpijaknya dua kaki, kedudukan seseorang, berdiri, bangkit, bangun, atau berangkat.
Batu tersebut berwarna putih agak kekuning-kuningan. Batu tersebut terlihat tidak seperti layaknya batu biasa yang bundar melainkan terdapat dua buah cekungan seperti telapak kaki. Di sekeliling cekungan dihiasi kaligrafi dari logam mengkilap seperti perak.
Posisi Maqam Ibrahim terletak kurang lebih 20 hasta di sebelah timur Ka’bah. Dulunya Maqam Ibrahim diletakkan dalam sebuah bangunan lemari perak yang pada bagian atas dibuatkan peti dengan ukuran 6 x 3 meter. Setelah semakin banyaknya peziarah ke Masjidil Haram, bangunan ini dirasakan mempersulit orang saat thawaf.
Kemudian pada pada 1387 H/1867 M, Rabithah Alam Islami (Organisasi Persatuan Dunia Islam) mengusulkan dibuat bangunan dari kaca diletakkan di atas Maqam Ibrahim.Kemudian penyempurnaan dilanjutkan pada zaman Raja Fahd bin Abdul Aziz dengan memberi kaca bening setebal 10 mm anti panas pada kotak tersebut yang selesai pada tahun 1418 H. Di atas batu inilah Nabi Ibrahim membangun Ka’bah dengan tangannya sendiri, yang batu-batuannya dibawa Ismail.Seperti Hajar Aswad, Maqam Ibrahim juga memiliki beberapa keutamaan di antaranya sebagai tempat untuk shalat.
Dikisahkan ketika Rasullallah tiba di Ka’bah saat melaksanakan haji, beliau langsung mencium Hajar Aswad dan kemudian berlari-lari kecil tiga putaran. Pada putaran keempat, Nabi berjalan biasa menuju Maqam Ibrahim.Sesampainya di Maqam Ibrahim, Nabi berdoa: “Dan, jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.” Berdasar sabda Nabi, siapa yang shalat di belakangnya, doanya akan dikabulkan.