Ilustrasi. (Foto: pngtree)
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللّٰهِ وَبَرَكَاتُه
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْاَحَدِ الصَّمَدِ الَّذِيْ اَنْعَمَ عَبَادَهُ بالْاِسْلَامِ وَالْاِيْمَانِ.
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوُجْدَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالٰى وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Kaum Muslim sidang shalat Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillahi Rabbil alamin, bahwa segala puji bagi Allah SWT, dengan segala nikmat-Nya dan sebagai bentuk syukur serta terimakasih atas segala anugerah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua, khususnya nikmat iman dan Islam yang terus melekat dalam hati dan jiwa kita, sehingga bisa terus istiqamah beribadah dan bermunajah kepada-Nya. Semoga ibadah yang kita lakukan ini menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya.
Shalawat teriring salam mari senantiasa kita sanjungkan kaharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menjadi teladan terbaik sepanjang masa bagi kita semua, baik dalam berbuat, bertindak maupun berucap.
Semoga kita semua diakui sebagai umatnya, dan mendapatkan limpahan syafaatnya kelak di hari kiamat. Amin ya rabbal âlamin.
Mengawali khutbah Jumat ini, saya selaku khatib mengajak diri sendiri dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan sebenar-benarnya takwa. Caranya adalah menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan sangat penting untuk terus kita lakukan dalam setiap harinya, sebab ia menjadi barometer keselamatan setiap manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Karena itu, Allah SWT menegaskan kepada kita, bahwa hanya ketakwaan-lah yang akan menjadi bekal terbaik untuk kita bawa menuju surga-Nya Allah. Dalam Alquran disebutkan:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ
Artinya, “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Saat ini kita semua berada di bulan Rabiul Awal, salah satu bulan Hijriyah yang diyakini sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Maka sudah tidak heran dan sudah seharusnya bagi semua umat Islam untuk merayakan dan mensyukuri hari yang mulia tersebut, sebagai bentuk cinta dan bahagia atas dilahirkannya Baginda Nabi SAW.
Lahirnya Nabi Muhammad SAW merupakan karunia paling akbar yang Allah SWT berikan kepada alam semesta. Nabi diutus oleh Allah SWT untuk menjadi rahmat bagi alam semesta, serta untuk mengajarkan ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang. Karena itu, kita semua dianjurkan untuk berbahagia dengan hari kelahiran tersebut, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
Artinya, “Katakanlah (Muhamad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus [10]: 58).
Merayakan dan berbahagia dengan datangnya suatu anugerah dari Allah SWT berupa lahirnya Nabi Muhammad SAW, merupakan salah satu cara bagi kita semua untuk mensyukuri anugerah yang telah Allah berikan tersebut, dan ini akan menjadi salah satu tanda bahwa kita termasuk orang-orang yang cinta kepada Nabi SAW.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Kita semua wajib untuk bahagia dan bersyukur karena telah ditakdirkan oleh Allah SWT menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Nabi terakhir yang derajat dan kemuliaannya melebihi para nabi sebelumnya.
Nabi Muhammad SAW merupakan nabi yang paling mulia dan paling agung melebihi nabi-nabi yang lain, dengan demikian maka meniscayakan bahwa kita juga akan menjadi umat yang lebih mulia dari umat-umat nabi yang lain. Allah SWT telah menjadikan kita umat yang paling agung , paling mulia melebihi umat para nabi terdahulu. Hal itu tidak lain perjuangan Nabi Muhammad SAW termasuk juga kita sebagai umatnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Artinya, “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran [3]: 110).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Itulah beberapa alasan bagi kita semua untuk mensyukuri nikmat menjadi umat Nabi Muhammad SAW.
Dengan menjadi umatnya, maka kita memiliki nabi yang paling mulia melebihi nabi sebelumnya, dan dengan menjadi umatnya pula, maka kita menjadi umat termulia melebihi umat nabi sebelumnya.
Oleh karena itu, sudah tiba saatnya bagi kita semua untuk kembali bersyukur kepada Allah SWT karena telah mempertemukan kita dengan bulan Rabiul Awal, bulan yang sangat mulia karena pada bulan ini manusia termulia dilahirkan. Dibalik hukmah kelahiran dan diutusnya Nabi besar Muhammad SAW karena ada keteladanan yang sangat mulia pada beliau agar dijadikan contoh untuk umat manusia di belahan bumi ini.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ
كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (QS Al-Ahzab ayat 21)
Maksud ayat di atas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW adalah teladan bagi manusia dalam segala hal.
Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu dalam semua ucapan dan perilakunya, baik pada masa damai maupun perang.
Namun, keteladan Rasulullah SAW itu berlaku bagi orang yang hanya mengharap rahmat Allah SWT, tidak berharap dunia, dan berharap hari Kiamat sebagai hari pembalasan, dan berlaku juga bagi orang yang banyak mengingat Allah karena dengan begitu seseorang bisa kuat meneladani Nabi Muhammad SAW.
Dalam penjelasan tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini, Allah SWT memperingatkan orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka dapat memperoleh teladan yang baik dari Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, dan tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya sepenuhnya kepada segala ketentuan Allah, dan mempunyai akhlak yang mulia. Di utusnya Nabi SAW juga dalam tujuan menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana di dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.”(HR Al-Baihaqi)
Istri baginda Nabi SAW, Aisyah sendiri menyebut akhlak Rasulullah SAW adalah Alquran. Maka, siapa saja yang menginginkan kehidupan di dunia hingga akhirat berjalan baik dan selamat sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT tiada jalan lain kecuali kembali mengamalkan ajaran Alquran dan sunnah dalam kehidupannya sehari-hari.
Sebab Alquran diturunkan adalah sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa, dan dengan ketakwaan inilah kehidupan dunia hingga akhirat akan berlangsung baik dan selamat. Jika mereka bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikutinya.
Demikian khutbah Jumat yang singkat ini semoga memberi manfaat bagi kita dan menjadi umat yang senantiasa bersyukur menjadi umat Nabi Muhammad SAW .
Semoga kita digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيٰطنِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
Oleh : Ustadz Arif Rokhman MA, Sekretaris II MUI Kota Tangerang
Sumber: https://mui.or.id/baca/berita/khutbah-jumat-teladan-mulia-sepanjang-masa-rasulullah-saw