Ilustrasi. (Foto: pexels.com)
Khutbah I
الَسَّلامُ عَليْكُمْ وَرَحْمَةاُللّٰهِ وَبَرَكَاتُه
اَلْحَمْد للّٰهِ اَلَّذِي أَسْكَنَ عِبَادَهُ الدُّنْيَا هَذِهِ اَلدَّارَ وَجَعَلَهَا لَهُمْ مَننْزِلَةَ سَفَرٍ مِنْ اَلْأَسْفَارِ وَجَعَلَ اَلدَّارَ اَلْآخِرَةَ دَارَ اَلْقَرَارِ فَسُبْحَانَ مَنْ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ وَيَرْفَقُ بِعِبَادِهِ اَلْأَبْرَارِ فِي جَمِيعِ اَلْأَقْطَارِ وَسَبَقَ رَحْمَتُهُ بِعِبَادِهِ غَضَبَهُ وَهُوَ اَلرَّحِيمُ اَلْغَفَّارُ أَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ اَلْغَزَّارِ وَأَشْكُرُهُ مِنْ فَضْلِهِ بِشُكْرٍ مِدْرَارٍ وَأَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ اَلْوَاحِدُ اَلْقَهَّارُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَلنَّبِيُّ اَلْمُخْتَارُ اَلرَّسُولُ اَلْمَبْعُوثُ بِالتَّبْشِيرِ وَالْإِنْذَارِ، اَللّٰهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَتَجَدَّدُ بَرَكَاتُهَا بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ وَعَلَى آلِهِ اَلْأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ اَلْأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اَلْقَرَارِ
أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Hadhirin jamaah Jumat rahimakumullah…
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, atas berkat Rahmat-Nya, inayahnya, karunianya, Allah kumpulkan kita bersama pada hari yang mulia ini, di tempat rumahnya yang mulia ini untuk melaksanakan Ibadah shalat Jumat, mudah-mudahan shalat Jumat kita dan apapun ibadah yang kita lakukan ini diterima oleh Allah SWT dan mudah-mudahan semua ibadah-ibadah itu dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Amiin
Hadhirin jamaah Jumat rahimakumullah
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dengan selalu berpegang teguh serta mengikuti sunnah-sunnah nabi-Nya. Karena sesungguhnya, hanya dengan takwa kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Pada hari ini, kita akan membahas tema yang sangat penting dan selalu relevan dalam kehidupan kita, yaitu mempersiapkan bekal menuju kematian. Kematian adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh setiap makhluk yang bernyawa. Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُون
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS Al-Anbiya: 35).
Ayat ini menegaskan bahwa setiap makhluk hidup pasti akan merasakan kematian. Namun, kapan dan di mana kematian itu datang adalah rahasia Allah SWT yang tidak kita ketahui. Oleh karena itu, setiap Muslim harus selalu siap siaga, mempersiapkan bekal untuk menyambut kematian, agar ketika ajal menjemput kita dalam keadaan yang diridhai Allah SWT.
Rasulullah ﷺ mengingatkan kita dalam sabdanya:
أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR Tirmidzi dan An-Nasa’i).
Mengingat kematian bukanlah untuk membuat kita takut atau putus asa, melainkan untuk memotivasi kita agar selalu berbuat kebaikan dan menghindari kemaksiatan. Mengingat kematian membuat kita sadar bahwa dunia ini hanyalah sementara, dan kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya.
Bekal apakah yang mesti kita persiapkan sebelum menghadapi kematian? Tentunya ada banyak hal. Namun setidaknya ada tiga hal yang akan khatib sampaikan pada kesempatan berharga ini.
Hadhirin jamaah Jumat rahimakumullah..
Bekal pertama yang mesti kita persiapkan adalah amalan yang terbaik sebagaimana yang dinyatakan Allah SWT dalam ayatnya:
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia lah Tuhan yang Mahaperkasa, lagi Mahapengampun.” (QS Al-Mulk:2)
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ، وَيَبْقَى وَاحِدٌ: يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Tiga hal yang mengikuti mayat (ke kuburannya): keluarganya, hartanya, dan amalnya. Dua di antaranya kembali, dan satu tetap bersamanya. Keluarganya dan hartanya akan kembali, sementara amalnya akan tetap bersamanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Salah satu amalan yang terbaik adalah yang dilakuikan secara istiqamah meskipun terlihat kecil sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah ﷺ
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit.” (HR Bukhari Muslim)
Beramal sebaik mungkin juga berarti bahwa pekerjaan itu kita lakukan dengan seikhlas mungkin, semaksimal mungkin dan dengan sesempurna mungkin. Baik dalam interaksi kita kepada Allah maupun kepada sesama manusia, dalam tiap amal kita patrikan dalam diri kita bahwa bisa jadi itu adalah amal terakhir kita.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah…
Bekal kedua yang mesti disiapkan adalah memperbanyak amal yang terus mengalir pahalanya. Di antaranya sebagaimana hadits Rasulullah SAW.
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ، انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)
Sedekah jariyah adalah sedekah yang manfaatnya berkelanjutan dan tidak berhenti meskipun pemberi sedekah sudah meninggal dunia. Kata “jariyah” berasal dari akar kata “jarā” yang berarti “mengalir”. sedekah jariyah merupakan salah satu amal yang terus memberikan pahala kepada pelakunya meskipun dia sudah meninggal dunia. Hal ini karena manfaat dari sedekah tersebut tidak berhenti dengan kematian pemberi sedekah, tetapi terus berlanjut selama sedekah tersebut masih memberikan manfaat.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat membimbing seseorang untuk mengenal Allah SWT, meningkatkan keimanan, memperbaiki akhlak, dan mendorong seseorang untuk beramal saleh. Ilmu bermanfaat adalah ilmu yang terus diamalkan dan disebarluaskan oleh orang yang mempelajarinya.
Sebagai contoh, seorang guru yang mengajarkan ilmu agama kepada muridnya, dan murid tersebut kemudian mengajarkannya lagi kepada orang lain. Selama ilmu tersebut terus diamalkan, pahala akan terus mengalir kepada orang yang pertama kali mengajarkannya.
Sementara anak yang saleh adalah anak yang menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan berakhlak mulia. Mereka memiliki rasa hormat, kasih sayang, dan tanggung jawab kepada orang tua mereka, baik ketika orang tua masih hidup maupun setelah wafat.
Doa anak saleh memiliki nilai yang sangat tinggi dalam Islam. Ketika seorang anak mendoakan orang tuanya, doa tersebut menjadi penolong bagi orang tua, khususnya setelah mereka wafat.
Rasulullah ﷺ menekankan pentingnya doa anak sebagai salah satu amal yang pahalanya tidak terputus bagi orang tua yang telah meninggal dunia. Doa anak shalih dapat menjadi wasilah (perantara) bagi pengampunan dosa orang tua. Sebagaimana yang tercantum dalam ayatnya:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Rabb kami! Beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab.”
Memiliki anak yang solih adalah dambaan setiap orang tua itulah mengapa banyak sekali disebut dalam Alquran doa-doa baik orang tua agar memiliki anak yang saleh.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang saleh.”
Hadhirin jamaah Jumat rahimakumullah
Bekal ketiga kita dalam menyongsong kematian adalah bertaubat kepada Allah SWT
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.”
Sebagai manusia, kita tidak luput dari dosa dan kesalahan. Setiap dosa yang kita perbuat akan menjadi beban yang berat bagi kita. Taubat merupakan tindakan kembali kepada Allah dengan penyesalan yang mendalam atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, serta berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Taubat adalah bagian penting dari kehidupan seorang Muslim, karena manusia tidak luput dari dosa dan kesalahan. Menunda-nunda taubat hingga kematian datang bisa menjadi penyesalan terbesar, karena pintu taubat akan tertutup saat nyawa telah sampai di tenggorokan.
إِنَّ اللّٰهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ ْيُغَرْغِرْ
“Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai di tenggorokan.” (HR At Tirmidzi)
Tobat adalah pintu menuju ampunan Allah dan harus dilakukan sebelum kematian tiba. Menunda taubat adalah sikap yang sangat berisiko, karena tidak ada yang tahu kapan ajal akan datang. Taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan menghapus dosa-dosa, memperkuat keimanan, dan membawa ketenteraman jiwa
Hadhirin jamaah Jumat rahimakumullah
Sebagai penutup khutbah marilah kita renungi bersama teladan salah satu Khulafaur Rasyidin yaitu sayyidina Utsman bin Affan
Ibnu Majah meriwayatkan dari Hani anak asuh Utsman bin Affan, dia berkata: Ketika Utsman bin Affan berdiri di atas kuburan, ia menangis sehingga basah jenggotnya. Maka bertanya seseorang padanya: mengapa engkau bila mengingat surga dan neraka tidak menangis sedangkan mengingat ini (kuburan) engkau menangis ? Utsman bin Affan menjawab:
إِنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَلْقَبْرُ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ، فَإِنْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَه أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهَ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ
“Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya alam kubur itu awal menuju akhirat, apabila seseorang selamat dari alam kubur maka mudahlah setelah itu baginya. Dan bila tidak selamat seseorang dari alam kubur maka setelahnya lebih berat baginya.’”
Rasulullah SAW pun menyatakan tentang begitu menakutkannya kondisi dalam alam kubur.
وَقاَلَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صّلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَاللّٰهِ مَا رَأَيْتُ (مَنظَرًا) ققَطُّ إِلَّا وَالقَبرُ أَفْظَعُ مِنْهُ
“Demi Allah, aku belum pernah melihat (pemandangan) kecuali kuburan yang lebih mengerikan darinya.”
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah…
Pada akhirnya mudah-mudahan Allah memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa mempersiapkan bekal sebelum mengalami kematian dengan cara bertaubat, memeperbanyak amalan soleh dan yang mengalir pahalanya amin allahumma amin
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّي وَمِنْككُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، أَقَوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِننَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَــنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّووْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّااحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ و وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Oleh: KH DR A Bahrul Hikam, Lc, MA, anggota Komisi Fatwa MUI Kota Tangerang. (Sumber: MUIDigital)