Ilustrasi. (Foto: pexels.com)
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَركَاتُهُ.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَوْجَبَ عَلَيْنَابِرَّ الْوَالِدَيْنِ وَحَرَّمَ عِصْيَانَهُمَا وَقَهْرَهُمَا. وَاَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .
اَمَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَاالْمُسْلِمُوْنَ إِتَّقُوْا اللّٰهَ فَى السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُواالْفَوَاحِشَ مَا ظَهَر مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. قَالَ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah
Marilah dalam kesempatan dan di tempat yang berkah ini kita selalu lahirkan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah Allah SWT limpahkan kepada kita semua, nikmat Iman, Islam, kesehatan dan kesmpatan yang dengan nikmat ini kita semua dapat menggerakkan kita untuk menuju masjid dalam rangka mendirikan sholat Jumat berjamaah. Semoga langkah-langkah kita dari rumah, kantor, pasar dan dari manapun menuju ke masjid dicatat Allah SWT sebagai amal-amal sholeh. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurah kepada manusia agung, Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabatnya dan kita semua sebagai pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini pula, khatib berwasiat kepada, terutama diri khotib dan umunya kepada kita semua untuk selalu berusaha sesuai dengan kemampuan kita meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakn semua perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya. Semoga dengan cara ini kita tetap dicatat oleh Allah SWT sebagai hamba yang bertakwa sampai menghadap-Nya.
Hadirin rahimakumull
Ibu adalah manusia yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari seorang ayah. Mengapa? Karena dari rahim Ibulah benih-benih bayi yang akan dilahirkan. Seorang Ibu telah mengandung bayi selama sembilan bulan dengan kegembiraan dan keceriaan. Meski berat, tapi dia tetap bahagia karena akan bisa melahirkan seorang putera atau puteri yang kelak akan menjadi penerusnya. Pada saat yang sama dambaan setiap keluarga adalah lahirnya anak yang menjadi pelengkap dalam keluarga. Pada saat mengandung kondisinya begitu berat, kadang-kadang menjadi lemah dan payah, tetapi hal itu tidak pernah menjadi penghalang baginya untuk selalu beraktivitas.
Saat melahirkan, Ibu selalu mengutamakan keselamatan calon putera puterinya dan bahkan nyawanya dipertaruhkan demi keselamatan bayinya. Setelah lahir tugas seorang ibu adalah merawat, menyusui dan membesarkannya. Hal ini telah Allah SWT gambarkan dalam firman-Nya di Surat Luqman ayat 14 :
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik ) kepada dua orang ibu-bapaknya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa kepayahan seorang ibu dalam mengandung anak dalam rahimnya dengan lemah yang bertambah-tambah. Hal ini bisa dilihat sejak awal kehamilan, seorang ibu harus memasuki masa yang dikenal dengan nyidam, yakni masa perubahan dalam tubuh yang mengakibatkan kondisi yang tidak nyaman dan disertai dengan mual dan muntah-muntah. Selama proses mengandung dan membesarkan anaknya, sosok ibu telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk menghantarkan anaknya ke muka bumi ini.
Ibu adalah sosok yang mengorbankan 5 ( lima ) airnya yang tidak bisa dibalas dan diganti jasanya oleh anaknya dan siapapun. Air yang berasal dari ibu merupakan penopang kehidupan anak-anaknya yang diambil dari tubuhnya. Seperti kita ketahui bahwa 85 persen tubuh anak-anak yang berkembang dengan baik adalah berasal unsur air.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Air yang pertama adalah air ketuban yang diberikan kepada anaknya saat tumbuh dalam rahimnya menjadi janin. Air ini dihasilkan dari makanan dan minuman yang diberikan kepada anaknya selama di dalam Rahim.
Air yang kedua adalah air darah ibu yang ketika calon anaknya tumbuh menjadi jabang bayi, ibu memberikan air darah kepadanya.
Air yang ketiga adalah air susu yang merupakan saripati makana yang dia konsumsi dan dikorbankan untuk membesarkan anaknya.
Air yang ke empat adalah air keringat yang dia teteskan untuk menjaga anaknya agar mampu tumbuh dan berkembang dengan baik serta menjadi anak yang sehat wal afiat.
Air yang kelima adalah air mata yang selalu menghantar kesuksesan anak-anak yang hebat diiringi oleh untaian doa dengan berlinang air mata.
Karena pengorbanan seorang ibu yang begitu besar dan tanpa pernah berfikir untuk dibalas oleh anak-anaknya, maka tak heran jika Nabi Muhammad shollahu alaihi wa sallam dalam haditsnya lebih menekankan berbuat baik kepada seorang ibu. Dalam Hadits dari Mu’awiyah bin Haidah Al-Qusyairi beliau bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:
يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ، مَنْ أَبَرُّ ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ: مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قَالَ : أَبَاكَ، ثُمَّ اَلْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?. Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab : Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab : Ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.”( HR Bukhari )
Begitu perhatiannya Rasulullah dalam hal menekankan untuk berbuat baik kepada sosok ibu, maka tidak heran ada sebuah ungkapan yang sampaikan menjadi perhatian kita semua, yaitu : “surga di bawah telapak kaki ibu” ungkapan yang singkat tetapi mengandung banyak nasihat. Salah satu dalil yang melandasi ungkapan tersebut adalah sabda Rasulullah SAW:
اَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ اِلٰى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَرَدْتُ اَنْ اَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ اَسْتَشِيْرُكَ، فَقَالَ : هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ ؟ قَالَ:نَعَم، قَالَ : فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
“Sungguh Jahimah datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata,: “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang dan aku datang untuk meminta petunjukmu”. Nabi SAW bersabda,”Apakah engkau memliki Ibu?” Jahimah menjawab,: “Ya”. Nabi bersabda,: “Tinggallah bersama dia, karena sungguh surga itu di bawah kedua kakinya.” ( HR Ibnu Majah, An-Nasa’I { redaksi dari beliau ], Imam Ahmad dan Imam Ath-Thabarani )
Di samping hadits di atas ada juga penjelasan ulama, salah satunya Imam Nawawi dalam kitab at-Taisiri bi Syarhil Jami’ish-Shoghir ( juz 1 hal 966 ) yang mengatakan:
يَعْنِى لُزُوْمُ طَاعَتِهِنَّ سَبَبٌ قَرِيْبٌ لِدُخُوْلِ الْجَنَّةِ.
“Bahwa selalu mentaati para Ibu adalah sebab dekatnya seseorang memasuki surga.”
Ungkapan surga di bawahi telapak kaki Ibu, bukan berarti secara lahiriyah dan kasat mata ada surga di bawah kakinya. Ungkapan tersebut merupakan sebuah kiasan yang sarat dengan makna, yaitu kiasan yang menyiratkan makna betapa kita wajib berbakti kepada Ibu. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Al-‘Allamah ath-Thibi dalam kitabnya Mirqatul mafatih ( VI / 676 ) yang mengatakan bahwa sabda Nabi SAW,”Surga di bawah ke dua kaki ibu” adalah kinayah atau kiasan dari puncak ketundukan dan kerendahan dari seorang anak terhadap ibunya. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 24:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ …….ۗ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan”
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman, surat al-Isra ayat 23:
۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا ققَوْلًا كَرِيْمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu Bapak, jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Untaian kalimat surga di bawah telapak kaki Ibu merupakan suatu penghormatan, karena begitu banyak jasa-jasa yang dia berikan kepada anak-anaknya. Beliau selalu memilih asupan makanan yang bergizi yang akan menghasilkan ASI yang baik dan kemudian diberikan kepada anak-anaknya. Kesabaran, ketegaran dan kasih sayang yang diberikan kepada anak-anaknya tanpa diikuti oleh keluhan dan bahkan berani berkorban demi untuk anak-anaknya agar tumbuh sehat, cerdas dan menjadi anak sholeh dan sholehah tidak akan mungkin bisa dibalas oleh anak-anaknya.
Pesan Rasulullah SAW agar memberikan penghormatan kepada Ibu merupakan suatu perintah yang harus dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan juga pesan para ulama untuk menghormati seorang Ibu dengan cara mohon keihklasannya untuk memberikan do’a saat kita akan bepergian, bekerja, beribadah, berhaji dan berumroh serta apapun hajat kita agar diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Karena do’a Ibu itu bisa menembus langit ke tujuh dan lebih maqbul dibanding dengan do’a-do’a dari ulama sekalipun. Hal ini telah dilakukan oleh Uwais Al-Qorni saat beliau menggendong Ibunya untuk berthowaf dan do’a-do’a yang dikumandangkan selalu mohon ampunan untuk Ibunya. Ketika Ibunya menegur,”kenapa engkau hanya memohonkan ampun kepada Allah untuk Ibu sedangkan kamu tidak mohon ampun?” Uwais menjawab,”Jika Allah telah mengampuni dosa-dosa Ibu berarti dosa-dosaku juga diampuni oleh Allah SWT.
Itulah yang disebut dengan keramat seorang Ibu, karena doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah SWT. Keberhasilan dan kesuksesan anak-anak dalam segala bidang tidak terlepas dari do’a-do’a kedua orang tua terutama Ibu. Rasulullah SAW bersabda :
أَلْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذٰلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, maka jangan sia-siakan pintu itu atau jagalah ia.” ( HR At-Tirmidzi )
Semoga kita semua menjadi orang selalu berbuat baik kepada kedua orang tua terutama Ibu yang begitu besar jasanya kepada kita semua dan jangan lupa selalu memohon kepadanya untuk dido’akan agar apa yang kita cita-citakan dikabulkan oleh Allah SWT.
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Oleh: KH Abdullah Tholib, Wakil Ketua Umum MUI Kota Tangerang
Sumber: MUIDigital